KOARKTASIO AORTA (COA)

sebelumnya saya sudah membahas tentang penyakit jantung bawaan secera umu dan jenisnya sekarang saya akan membagi informasi tentang  KOARKTASIO AORTA (COA)
Uraian : Penyempitan lokal di dekat tempat insersi duktus arteriosus yang mengakibatkan peningkatan tekanan di bagian proksimal defek(kepala dan ekstremitas atas) dan penurunan tekanan dibagian distal obstruksi (batang tubuh serta ekstremitas bawah. 

Patofisiologi : efek penyempitan dalam aorta adalah peningkatan tekanan dibagian proksimal defek dan penurunan tekanan dibagian distalnya. Pada koarktasio aorta tipe preduktal, paruh tubuh bagian bawah di pasok dengan bawah oleh ventrikal kanan lewat duktus arteriosus. Pada tipe postduktal, aliran darh keluar dari ventrikel kanan tidak dapat mempertahankan aliran darah kedalam aorta desenden. ntuk Karena itu terbentuk sirkulasi kolateral dalam masa janin untuk mempertahankan aliran darah dari aoarta asenden kedalam aorta desenden.
Manifestasi klinis : pada koarktasio aorta mungkin terdapat tekanan darah tinggi serta denyut nadi memantul didaerah lengan, denytu nadi femoralis lemah atau tidak teraba, dan ekstremitas bawah dingin dengan tekanan darah rendah. Pada bayi terdapat tanda gagal jantung kongestif. Kerap kali keadaan hemodinamika pasien ini mengalami kemunduran yang cepat, dan meraka dimasukkan ke unit perawatan intensif pada saatmenjelang kematian dan biasanya pasien sudah berada dalam kondisi asidosis berat serta mengalami hipotensi. Ventilasi mekanis dan dukungan inotropik sering kali diperlukan sebelum pembedahan dilakukan. Anak yang lebih besar dapat mengemukakan keluhan pening, sakit kepala, rasa mau pingsan dan menunjukkan gejala epistaksis akibat hipertensi. Pasien berisiko mengalami hipertensi, ruptura aorta, aneurisma aorta atau stroke.
Tindakan bedah : tindakan bedah bisa berupa operasi reseksi bagian aorta yang menyempit (koarktasio) dengan anastomosis end-to-end pada aorta atau operasi melebarkan bagian yang menyempit itu dengan cangkokan bahan proktetik atau menggunakan bagian dari arteri subklavia kiri. Karena defek ini berada diluar jantung dan perikardium, tindakan pintas kardiopulmonal tidak dibutuhkan dan operasi dilaksanakan dengan insisi torakotomi. Hipertensi pasca bedah ( lebih dari 160 mmHg) diatasi dengan penyuntikan natrium nitroprusit atau amrinon per intravena yang diikuti oleh pemberian obat per oral seperti kaptopril, hidralazin, dan propranolol. Hipertensi permanen tyang tersisa sesudah penanganan koarktasio aorta tampaknya berkaitan dengan usia dan waktu penanganan. Untuk mencegah hipertensi pada saat istirahat dan hipertensi sistemik yang dipicu oleh latihan fisik sesudah operasi, maka pembedahan elektif untuk memperbaiki koartasio aorta disarankan dilaksanakan dalam usia dua tahun pertama. Ada resiko penyempitan ulang sebesar lima persen hingga seratus persen pada pasien yang menjalani operasi perbaikan saat dalam masa bayi (hougen dan sell, 1995). Teknik angioplasti balon perkutan terbukti sangat efektif dalam mengurangi gradien koarktasio yang tersisa sesudah pembedahan.
Tindakan non bedah : operasi angioplasti dengan balon sebagai pilihan pertama dalam intervensi koarktasio aorta telah dilaksanakan dibeberapa rumah sakit, tetapi kekawatiran tentang pengurangan gradien yang tidak memadai, resiko terbentuknya aneurisme dan restonosis telah membatasi penggunaanya secara luas. Beberapa penelitian terahir memperlihatkan bahwa angioplasti balon merupakan operasi yang efektif pada pasien anak-anak dan bahwa pembentukan anerisme jarang terjadi. Angka restonosis yang tinggi pada bayi diusia dibawah 7 bulan membatasi penerpan teknik operasi ini dalam kelompok usia ini sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut (allen dkk, 1998).
Prognosis: angaka mortalitas kurang dari 5 % ditemukan pada pasien koarktasio aorta yang tersendiri, resiko semakin meningkat cacat jantung komplek selainya